Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar membantah kualitas udara di DKI Jakarta menjadi yang terburuk di seluruh dunia.
Menurutnya, data di situs AQ Index berbeda dengan yang dipakai oleh pemerintah selama ini.
"Pada saat yang sama, DKI bukan yang sekian itu, nomor 44," kata Siti di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (20/6).
Politikus NasDem itu mengaku tak bermaksud membela diri. Namun, ia meminta publik memperhatikan metode yang dipakai dalam menentukan kualitas udara sebuah kota.
Siti menilai pembahasan tak hanya seputar data. Dia lebih menekankan tentang kebijakan yang perlu dibuat demi meningkatkan kualitas udara menjadi lebih baik.
"Apa tindak lanjutnya. Itu yang paling penting," ujarnya.
Terpisah, Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan Gilbert Simanjuntak mengkritik GUbernur Anies Baswedan. Menurutnya, Anies seolah sibuk dengan kegiatan yang berkaitan dengan popularitas untuk menjadi capres ketimbang mengurus kualitas udara ibu kota.
Gilbert mengatakan hal itu terlihat mulai dari peresmian JIS, dan berbagai kegiatan lainnya hingga NasDem memunculkan nama Anies sebagai salah satu kandidat capres yang akan diusung.
"Saat udara Jakarta mengalami polusi terberat di dunia, fokus Anies terlihat lebih ke pencapresan. Sedikitpun tidak terdengar apa yang akan dilakukannya untuk menyelamatkan warga DKI," ujar Gilbert.
Gilbert menekankan bahwa kualitas udara yang buruk di Jakarta harus segera ditangani karena berkenaan dengan harapan hidup masyarakat.
Sebelumnya, kualitas udara di Jakarta menjadi yang terburuk di dunia berdasarkan situs AQ Index pada Rabu (15/6) pukul 09.50 WIB. Indeks kualitas udara (Air Quality Index/ AQI) di Jakarta mencapai 183 US AQI dengan PM 2.5 sebesar 118 µg/m³ dan PM 10 sebesar 20,6 µg/m³.
PM 2.5 merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Selain itu tercatat kelembaban Jakarta pagi tadi mencapai 79 persen, tekanan 1.012 mb, dan angin 5.4 km/jam. Dengan kondisi itu, AQ Index melabeli secara kumulatif kualitas udara di Jakarta berwarna merah alias tidak sehat.
"Konsentrasi PM 2.5 di udara Jakarta saat ini 23.6 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO)," tulis laporan tersebut.
(dhf/dmi/bmw/bmw)