Berita Pangkalpinang

Volume Sampah Pangkalpinang Naik 30 Persen Selama Ramadan, Didominasi Kulit Kelapa

Peningkatan sampah batok kelapa tersebut tidak terlepas dari meningkatnya penjualan kelapa muda di bulan Ramadan ini

Bangkapos.com/Cepi Marlianto
Sejumlah masyarakat saat melakukan pemilahan sampah yang berada di TPA Parit Enam, Kelurahan Bacang, Pangkalpinang, Selasa (4/4/2023). Selama bulan Ramadan produksi sampah meningkat hingga 30 persen, didominasi sampah kulit kelapa. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Volume sampah di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung meningkat secara signifikan selama bulan suci Ramadan.

Peningkatan volume sampah tersebut terlihat dari sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Parit Enam mencapai puluhan ton sampah.

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pangkalpinang, Amir La Ode mengaku, selama bulan Ramadan memang terjadi peningkatan sampah.

Bahkan kenaikan produksi sampah naik hingga 20 sampai 30 persen atau 30 - 45 ton menjadi 150-200 ton per harinya. Padahal pada hari biasa produksi sampah hanya mencapai 120-150 ton per harinya

“Memang terjadi peningkatan produksi sampah yang cukup signifikan sekitar 20-30 persen selama Ramadan dari pada biasanya,” ujar dia kepada Bangkapos.com, Selasa (4/4/2023).

Sejumlah masyarakat saat melakukan pemilahan sampah yang berada di TPA Parit Enam, Kelurahan Bacang, Pangkalpinang, Selasa (4/4/2023). Selama bulan Ramadan produksi sampah meningkat hingga 30 persen, didominasi sampah kulit kelapa.
Sejumlah masyarakat saat melakukan pemilahan sampah yang berada di TPA Parit Enam, Kelurahan Bacang, Pangkalpinang, Selasa (4/4/2023). Selama bulan Ramadan produksi sampah meningkat hingga 30 persen, didominasi sampah kulit kelapa. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Amir La Ode memaparkan, tingginya produksi sampah ini lantaran disebabkan banyaknya atau menjamurnya pasar kaget di sejumlah titik di Kota Pangkalpinang yang menjual menu berbuka puasa.

Sampah yang paling mendominasi yakni sampah organik, mulai dari  kulit dan batok kelapa hingga sisa makanan. Sedangkan anorganik berupa kantong plastik serta mika jajanan.

Menurutnya peningkatan sampah batok kelapa tersebut tidak terlepas dari meningkatnya penjualan kelapa muda di bulan Ramadan ini.

Imbasnya untuk mengatasinya membludaknya sampah kulit kelapa ini pengangkutan sampah bisa dilakukan menjadi tiga kali dalam sehari. Padahal biasanya pengangkutan sampah hanya dilakukan dua kali sehari, yakni pagi dan sore.

“Paling banyak sampah kulit kelapa muda, kalau sampah yang lain tidak begitu banyak masih normal seperti hari-hari biasa,” beber Amir La Ode.

Lebih lanjut ungkapnya, guna mengantisipasi peningkatan sampah kelapa selama bulan puasa, pihaknya menyisir sampah setiap sore hingga malam. Sepanjang Ramadan dengan target pasar-pasar dan tempat penjualan makanan pembuka puasa yang ramai pengunjung. Pasalnya sampah masyarakat banyak saat menjelang berbuka dan malam hari.

Tak hanya itu, pihaknya juga telah melakukan edukasi kepada pelaku usaha, pemilik restoran hingga hotel untuk dapat memilah sampah selama bulan Ramadan. Terutama dalam mengatasi sampah sisa makanan, kantong plastik dan alat makan sekali pakai. Caranya dengan bisa mengolah sampah sisa makanan menjadi kompos.

Selain itu dapat menggunakan alat makan dan minum yang dapat digunakan berulang kali, seperti wadah makanan, sendok, garpu dan botol air minum. Bisa pula dengan menghindari penggunaan plastik sekali pakai, antara lain kantong plastik, sedotan plastik, makanan dan minuman dalam kemasan plastik.

“Jadi sampah langsung kita angkut sore itu juga, jadi selesai para pedagang berjualan langsung kami ambil sampahnya. Juga di tempat agen buah juga banyak sampah ini juga mulai kita atasi,” paparnya.

Halaman
12
Sumber: bangkapos
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved